Foto
tersebut diambil di jembatan penyeberangan orang dekat Stasiun Bogor. Sedih
melihat orang jalanan seperti dia. Disaat orang lain bisa tidur di kasur dan
makan dengan mudahnya, dia harus bekerja keras demi sesuap nasi dan harus tidur
di jalanan dengan alas yang keras dan kotor. Terkadang aku mendengar rumor,
kalau orang jalanan yang mengemis seperti ini ada yang menyuruh. Bisa dibilang
seperti ada “boss”-nya. Mendengarnya, semakin merasa kasihan karena
penderitaannya bertambah. Namun terkadang aku juga mendengar kalau mereka sudah
ditawari bekerja tetapi mereka menolaknya. Dengan alasan mengemis seperti ini
untungnya lebih besar dibanding bekerja yang upahnya tak seberapa.
Entahlah
rumor itu benar atau tidak. Namun yang pasti, berpanas-panasan, diam hanya
menunggu, memakai pakaian kotor, tidur di jalanan, tak bisa menikmati liburan,
tak bisa beribadah menggunakan pakaian bersih dan rapi merupakan suatu
penderitaan bagiku. Disaat orang-orang seumurnya berkumpul di tempat ber-AC
untuk sekedar bercengkrama atau arisan, berekreasi dengan anak-anak dan
suaminya, dia harus berpanas-panasan untuk mencari uang.
Darinya
aku belajar untuk harus lebih bersyukur, dan harus lebih bekerja keras dengan
apa yang aku punya sekarang. Untuk hanya sekedar tidur di kasur pun, tak semua
orang bisa merasakannya. Bahkan untuk sekedar beristirahat di dalam rumah
sendiri sekali pun. Kita memang harus melihat keatas sebagai motivasi untuk
terus berkarya dan berjuang, namun haruslah juga melihat kebawah sebagai
pembatas kita agar kita dapat bersyukur dengan yang telah kita punya dan
membantu sesama.