Tuesday, 26 April 2016

Manusia dan Penderitaan


Foto tersebut diambil di jembatan penyeberangan orang dekat Stasiun Bogor. Sedih melihat orang jalanan seperti dia. Disaat orang lain bisa tidur di kasur dan makan dengan mudahnya, dia harus bekerja keras demi sesuap nasi dan harus tidur di jalanan dengan alas yang keras dan kotor. Terkadang aku mendengar rumor, kalau orang jalanan yang mengemis seperti ini ada yang menyuruh. Bisa dibilang seperti ada “boss”-nya. Mendengarnya, semakin merasa kasihan karena penderitaannya bertambah. Namun terkadang aku juga mendengar kalau mereka sudah ditawari bekerja tetapi mereka menolaknya. Dengan alasan mengemis seperti ini untungnya lebih besar dibanding bekerja yang upahnya tak seberapa.

Entahlah rumor itu benar atau tidak. Namun yang pasti, berpanas-panasan, diam hanya menunggu, memakai pakaian kotor, tidur di jalanan, tak bisa menikmati liburan, tak bisa beribadah menggunakan pakaian bersih dan rapi merupakan suatu penderitaan bagiku. Disaat orang-orang seumurnya berkumpul di tempat ber-AC untuk sekedar bercengkrama atau arisan, berekreasi dengan anak-anak dan suaminya, dia harus berpanas-panasan untuk mencari uang.

Darinya aku belajar untuk harus lebih bersyukur, dan harus lebih bekerja keras dengan apa yang aku punya sekarang. Untuk hanya sekedar tidur di kasur pun, tak semua orang bisa merasakannya. Bahkan untuk sekedar beristirahat di dalam rumah sendiri sekali pun. Kita memang harus melihat keatas sebagai motivasi untuk terus berkarya dan berjuang, namun haruslah juga melihat kebawah sebagai pembatas kita agar kita dapat bersyukur dengan yang telah kita punya dan membantu sesama.