Sunday, 6 January 2019

POST TEST KENDALI DAN AUDIR SISTEM INFORMASI


Pengendalian TI didefinisikan sebagai suatu pernyataan hasil yang diinginkan atau maksud yang dicapai oleh prosedur pengendalian implementasi dalam kegiatan TI khusus. Terdapat 15 area pengendalian, yaitu :

1.      Integritas Sistem
ü  Ketersediaan dan kesinambungan sistem komputer untuk user.
ü  Kelengkapan, Keakuratan, Otorisasi, serta proses yg auditable.
ü  Persetujuan dari user atas kinerja sistem yang diinginkan.
ü  Preventive maintenance agreements untuk seluruh perlengkapan.
ü  Kesesuaian kinerja antara S/W dan jaringan dengan yang diharapkan.
ü  Serta adanya program yang disusun untuk operasi secara menyeluruh.
2.      Manajemen Sumber Daya
ü  Faktor-faktor yang melengkapi integritas sistem. Yaitu meyakini kelangsungan (ongoing) H/W, S/W, SO, S/W aplikasi, dan komunikasi jaringan komputer, telah dipantau dan dikelola pada kinerja yang maksimal namun tetap dengan biaya yang wajar. Hal-hal tersebut di dokumentasikan secara formal, demi proses yang
berkesinambungan.
3.      Pengendalian Perubahan S/W Aplikasi dan S/W Sistem
ü  Menentukan adanya keterlibatan dan persetujuan user dalam hal adanya perubahan
terhadap s/w aplikasi dan s/w sistem.
ü  Setiap pengembangan dan perbaikan aplikasi harus melalui proses formal dan di
dokumentasikan serta telah melalui tahapan-tahapan pengembangan sistem yang
dibakukan dan disetujui.
4.      Backup dan Recovery
ü  Demi kelangsungan usaha, harus tersedia data processing disaster recovery planning (rencana pemulihan data dan pusat sistem informasi apabila terjadi kehancuran). Baik berupa backup dan pemulihan normal, maupun rencana contingency untuk kerusakan pusat SI (lokasi gedung, peralatanya, SDM-nya maupun manualnya).
5.      Contigency Planning
ü  Perencanaan yang komprehenshif di dalam mengantisipasi terjadinya ancaman terhadap fasilitas pemrosesan SI. Dimana sebagian besar komponen utama dari disaster recovery plan telah dirumuskan dengan jelas, telah di koordinasikan dan disetujui, seperti critical application systems, identifikasi peralatan dan fasilitas penunjang H/W, sistem S/W dan sebagainya.
6.      System S/W Support
ü  Pengukuran pengendalian dalam pengembangan, penggunaan, dan pemeliharaan
dari S/W SO, biasanya lebih canggih dan lebih cepat perputarannya dibandingkan
dengan S/W aplikasi. Dengan ketergantungan yang lebih besar kepada staf teknik
untuk integritas fungsionalnya.
ü  Pengukuran kendali pengamanan aplikasi individu maupun pengamanan logika
sistem secara menyeluruh (systemwide logical security).
7.      Dokumentasi
ü  Integritas dan ketersediaan dokumen operasi, pengembangan aplikasi, user dan S/W sistem. Diantaranya dokumentasi program dan sistem, buku pedoman operasi dan schedule operasi. Untuk setiap aplikasi sebaiknya tersedia dokumentasi untuk tiap jenjang user.
8.      Pelatihan atau Training
ü  Adanya penjenjagan berdasarkan kemampuan untuk seluruh lapisan manajemen dan staf, dalam hal penguasaannya atas aplikasi-aplikasi dan kemampuan teknisnya. Serta rencana pelatihan yang berkesinambungan.
9.      Administrasi
ü  Struktur organisasi dan bagannya, rencana strategis, tanggung jawab fungsional, job description, sejalan dengan metoda job accounting dan/atau charge out yang
digunakan. Termasuk didalamnya pengukuran atas proses pengadaan dan persetujuan untuk semua sumber daya SI.
10.  Pengendalian Lingkungan dan Keamanan Fisik
ü  Listrik, peyejuk udara, penerang ruangan, pengaturan kelembaban, serta kendali
akses ke sumber daya informasi.
ü  Pencegahan kebakaran, ketersediaan sumber listrik cadangan.
ü  Pengendalian dan backup sarana telekomunikasi.
11.  Operasi
ü  Diprogram untuk merespon permintaan/keperluan SO.
ü  Review atas kelompok SO berdasarkan job schedulling, review yang terus-menerus
terhadap operator, retensi terhadap console log message, dokumentasi untuk
run/restore/backup atas seluruh aplikasi.
ü  Daftar personel, dan nomor telepon yang harus dihubungi jika muncul masalah SO, penerapan sistem shift dan rotasi serta pengambilan cuti untuk setiap operator.
12.  Telekomunikasi
ü  Review terhadap logical and physical access controls, AKS.
ü  Metodologi pengacakan (encryption) terhadap aplikasi electronic data interchange
(EDI).
ü  Adanya supervisi yang berkesinambungan terhadap jaringan komputer dan
komitmen untuk ketersediaan jaringan tersebut dan juga redundansi saluran
telekomunikasi.
13.  Program Libraries
ü  Terdapat pemisahan dan prosedur pengendalian formal untuk application source
code
dan compiled production program code dengan yang disimpan di application
test libraries development.
ü  Terdapat review atas prosedur quality assurance.
14.  Application Support
ü  Bahwa proses tetap dapat berlangsung walaupun terjadi kegagalan sistem.
ü  Sejalan dengan kesinambungan proses untuk inisiasi sistem baru, manajemen proyek, proses pengujian yang menyeluruh antara user dan staf SI.
ü  Adanya review baik formal maupun informal terhadap tingkat kepuasan atas SDLC
yang digunakan.
15.  Microcomputer Controls
ü  Pembatasan yang ketat dalam pengadaan, pengembangan aplikasi, dokumentasi atas aplikasi produksi maupun aplikasi dengan misi yang kritis, sekuriti logika, dan fisik terhadap microcomputer yang dimiliki.
ü  Pembuatan daftar inventaris atas H/W, S/W, serta legalitas dari S/W untuk
menghindari tuntutan pelanggaran hak cipta.



PRE TEST KENDALI DAN AUDIR SISTEM INFORMASI

Pengendalian internal telah mengalami perubahan dari konsep 'ketersediaan pengendalian' ke konsep 'proses pencapaian tujuan'. Konsep Proses Pencapaian Tujuan merupakan suatu kegiatan yang memiliki tujuan dengan menggunakan perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan. Efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisasi, dan sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Sedangkan orang yang bertanggung jawab terhadap terlaksananya suatu tujuan atau berjalannya suatu kegiatan manajemen disebut manajer.
Dengan konsep Proses Pencapaian Tujuan, disadari bahwa intelektualitas tidak lagi terletak pada pucuk pimpinan, tetapi pada lapisan bawah. Mereka yang dekat dengan konsumen yang paling mengerti dengan kebutuhan pasar.
Pengorganisasian yang paling tepat untuk kondisi seperti ini adalah pengorganisasian orkes simponi. Organisasi ini sepenuhnya akan digerakan oleh dinamika para pekerja (ujung tombak) sesuai spesialisasi masing-masing.
Untuk menjaga kekompakan agar terjadi irama yang serasi dibutuhkan seorang manajer yang berfungsi sebagai konduktor. Manajer tersebut tidak lagi harus memiliki pengetahuan teknis seperti yang dimiliki pemain orkesnya, tetapi yang diperlukan hanya seorang yang mampu mengatur tempo dan menguasai tingkatan nada.